Kamis, 07 November 2013

PANJAT TEBING Safaty Prosedur, Klasifikasi dan Gaya Pemanjatan


SAFETY PROSEDUR

Adalah suatu sistem pengaman sebelum melaksanakan pemanjatan. Hal-hal yang diperhatikan untuk safety prosedur diantaranya :
1. Alat pemanjatan : Harus lengkap, umur pakai alat tersebut dan sesuai dengan alat akan kita gunakan, jangan bawa alat yang tidak diperlukan. Misalanya tebing ketingian 15 m, bawa alat untuk 30 m, oleh karena itu kita harus dipikirkan tebing apa yang akan kita panjat? Ketinggianya berapa? dll.
2. Belayer : Orang yang mengamankan pemanjatan pertama yang sedang memanjat. Harus diperhatikan juga bila pemajat pertama berbadan 70 kg masa di belayer oleh berat badanya 30 kg !!!
3. Komunikasi pemanjatan : ketika pemanjatan sedang berlangsung maka ahrus ada komunikasi, komunikasi yang umum di kalangan pemajat yaitu :
Pemanjat : “Belay on ?’
Belayer : ‘ On belay,
Pemanjat : Are you read to climb ?
Belayer : ‘OK’
Catatan : Untuk mengulur tali aba-abanya adalah Slack
Untuk menarik tali aba-abanya Full
Anchor (jangkar) : Suatu titik keamanan awal dimana yang kita buat disangkutkan disana/sebagai penahan beban. Ancor berguna untuk mengikat tali yang telah disimpul dan dipakai untuk naik atau turun (rapling) atau mengikatkan seseorang bila ia menjadi belayer. Ancor dapat di bagi menjadi 2 macam yaitu : Natural ancor (ancor alamiyah), merupakan pohon besar, lubang-lubang yang berada pada tebing, tonjolan batuan dan sebagainya. Artificial ancor, ancor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh pendaki, Contoh : chock,piton,bolt,sling dll.
 

KLASIFIKASI PEMANJATAN

Dalam panjat tebing terdapat 4 klasifikasi yaitu :
1 Free climbing : Pemanjatan yang tidak menggunakan alat, mengandalkan kemampuan, metal, fisik, tidak lupa pengalaman. Free soloing bagian dari free climbing, resiko yang di hadapi sangat fatal bagi sipendaki.
2 Artificial climbing : Pemanjatan dengan mengunakan alat sebagai pengaman. Contohnya : chock,frend, piton, etrier (dalam menambah ketinggian) bila keadaan tertentu dimana tebing tidak ada hold (tojolan batu)
3 Sport climbing : Pemanjatan menekankan pada faktor olah raga.
4 Adventur climbing : Lebih pada nilai petualangan

GAYA

Pegertian gaya dalam hal ini menyangkut metode dan peralatan serta aspek petualangan dalam suatu pendakian. Gaya harus sesuai dengan pendakian, gaya yang berlebihan untuk tebing yang kecil dan mudah sebaik apapun akhirnya menjadi gaya yang buruk.
Kita harus berkerjasama dengan tebing, jangan memaksanya. Dapat juga mengunakan point-point alamiah seperti batu, tanduk (horn), pohon atau batu yang terselip dalam celah (chockstone). Akhirnya kita dapat menyelesaikan jalur tanpa menggunakan tali, maksudnya menyesuaikan gaya dengan pendakian dan kemampuan diri. Gaya yang baik adalah penyesuaian yang sempurna, penapakan dari dua sisi yang baik antara ambisi, latihan dan kemampuan. Tidak ada pendakian yang sama.
Keuntungan lain dari pendakian yang pertama adalah gaya yang layak dan memberikan keuntungan bagi pemanjat yang berikutnya bahwa jalur tersebut paling tidak pernah dicoba. Beberapa gaya yang ada, diantaranya :
· Onsight free solo
Istilah onsight berarti memanjat suatu jalur tanpa tanpa perna mencoba dan juga belum pernah melihat orang lain memajat di jalur tersebut. Jadi jalur tersebut dipanjat tanpa informasi apa-apa. Sedangkan solo berati tanpa tali. Jadi onsight free solo berarti pemanjatan tali untuk pertama kali bagi seorang pemanjat tanpa informasi apa-apa.
· Free solo
Pemanjataan tanpa menggunakan tali, tapi pernah mencoba walaupun belum hapal benar jalur tersebut.
· Worked solo
Pemanjatan tanpa tali dengan sebelumnya pernah dicoba berkali-kali sampai benar-benar hapal bentuk permukaan tebing.
· On sight flash/Vue
Memanjat suatu jalur tanpa pernah mencobanya, melihat pemanjat lain di jalur yang sama, juga tidak pernah mendapat informasi apa-apa. Memanjat dengan menggunakan tali sebagai perintis jalur (leader) dan memasang pengaman (running belay). Pemanjat juga tidak sekalipun jatuh dan tidak mengambil nafas/istirahat di sepanjang jalur.
· Beta flash
Pemanjatan tanpa mencoba dan melihat orang lain memanjat di jalur tersebut, namun telah mendapat informasi tentang jalur dan bagian-bagian sulitnya (crux). Pemanjat kemudian memanjatnya tanpa jatuh dan tanpa istirahat di sepanjang jalur.
· Déjà vu
Seorang pemanjat sudah pernah memanjat suatu jalur sekian tahun sebelumnya dan gagal menuntaskannya. Setelah sekian tahun itu, dengan kemampuan memanjat yang lebih baik, ia kembali dengan hanya sedikit ingatan tentang jalur tersebut dan berhasil menuntaskan jalur pada percobaan pertama.
· Red point
Memanjat suatu jalur yang telah dipelajari dengan sangat baik, tanpa jatuh dan memanjat sambil memasang pengaman sebagai jalur rintisan.
· Pink point
Sama dengan red poit hanya semua pengaman telah dipasang pada tempatnya.
· Brown point
Ada beberapa macam untuk kategori ini, misalnya seorang pemanjat merintis suatu jalur, lalu jatuh dan menarik tali, kemudian meneruskan pemanjatan dari titik pengaman terakhir ia jatuh (hangdogging). Pemanjatan dengan top rope juga termasuk dalam kategori ini. Lalu ada lagi pemanjatan dengan bor pertama dipasang terlebih dahulu. Sebenarnya masih banyak lagi yang masuk dalam kategori ini. Seluruh kategori ini menceritakan berbagai taktik, strategi, atau trik untuk mempelajari sekaligus mencoba menunutaskan suatu jalur.
Setelah begitu banyak melihat gaya pemanjat dalam menuntaskan jalur, kita dapat membandingkan mana yang lebih sulit. Dengan begitu dapat pula dibandingkan perbedaan kemampuan seorang pemanjat

Mengenal Dasar-dasar Panjat Tebing

 

Aktivitas panjat tebing sudah dikenal masyarakat sejak lama bahkan masyarakat tradisional, mereka melakukan pemanjatan guna mencari sumber kehidupan ataupun perlindungan, khususnya didaerah pantai dan kawasan karst untuk mencari sarang burung atau sumber mata air. Tetapi mereka tidak memakai system dan prosedur yang baku seperti dalam olahraga panjat tebing sehingga faktor keamanan dan tingkat resiko yang dihadapi sangatlah tinggi.

Namanya juga hobi panjat tebing, tentu saja tebing merupakan prasarana dalam kegiatan panjat tebing. Pengetahuan dasar tentang tebing yang harus diketahui antara lain: Bentuk tebing, bagian tebing yang dilihat secara keseluruhan mulai dasar sampai puncak. Bagian-bagiannya antara lain blank (bentuk tebing yang mempunyai sudut 90derajat atau biasa disebut vertikal), overhang (bentuk tebing yang mempunyai sudut kemiringan antara 10-80 derajat), roof (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menggantung), teras (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menjorok ke dalam tebing), dan top (bagian tebing paling atas yang merupakan tujuan akhir suatu pemanjatan).
Lalu ada soal permukaan tebing yang merupakan bagian dari tebing yang nantinya akan digunakan untuk berpegang dan berpijak dalam suatu pemanjatan. Bagian ini di kategorikan menjadi tiga bagian: face (permukaan tebing yang mempunyai tonjolan), slap/friction (permukaan tebing yang tidak mempunyai tonjolan atau celah, rata, dan mulus tidak ada cacat batuan), dan fissure (permukaan tebing yang tidak mempunyai celah/crack).
Dengan mengenali pengenalan dasar atas medan yang hendak ditempuh, para pemanjat akan langsung bisa mempersiapkan teknik penaklukannya dan mengurangi tingkat kesulitannya.
Untuk memudahkan estimasi tingkat kesulitan tersebut, biasanya digunakan sistem desimal yang dimulai dari angka lima (mengacu pada standar tingkat kesulitan yang dibuat oleh Amerika).

Tingkat kesulitan 5,7-5,8 adalah tingkat kesulitan pemanjatan yang amat mudah. Lintasan pemanjatan untuk pegangan dan pijakan sangat banyak, besar, dan mudah didapat. Sudut kemiringan tebing belum mencapai 90 derajat.
Tingkat kesulitan 5,9. Tingkat kesulitan pemanjatan yang mulai agak sulit karena jarak antara pegangan dan pijakan mulai berjauhan tetapi masih banyak dan besar.
Tingkat kesulitan 5,10. Pada tingkat ini pemanjatan mulai sulit karena komposisi pegangan dan pijakan sudah bervariasi besar dan kecil. Jarak antar celah dan tonjolan mulai berjauhan. Terdapat dua tumpuan tangan dan satu tumpuan kaki, faktor keseimbangan mulai dibutuhkan.
Tingkat kesulitan 5,11. Tingkat kesulitan ini lebih sulit lagi karena letak antara pegangan yang satu dengan pegangan yang lainnya berjauhan dan kecil-kecil yang hanya bisa dipegang oleh beberapa jari saja, kedua tungkai melakukan gerakan melebar agar kaki dapat bertumpu pada tumpuan berikutnya. Keseimbangan tubuh sangat berpengaruh, bentuk tebing yang dilalui pada lintasan ini terdapat variasi antara tebing gantung dan atap.
Tingkat kesulitan 5,13-5,14. Jalur lintasan ini bervariasi antara tebing gantung dan atap dengan satu tumpuan kaki dan satu tumpuan tangan. Pemanjat mulai melakukan gerakan gesek (friction) dan bertumpu pada ujung jari (edginh) bahkan harus mengaitkan tumit pada pijakan (hooking).
Selain kriteria kesulitan ini, Negara lain juga membuat tingkat kesulitan sesuai dengan penilaian masing-masing, antara lain Jerman, Perancis, UIAA (Union Internationale des Association Alpines).
Tehnik Dasar yang Umum
1. Pertahankan 3 titik kontak. 2 tangan dan 2 kaki total semuanya jadi 4 kontak. Waktu kamu manjat usahakan 1 kontak mencari pegangan atau pijakan dan 3 lainnya tetap menempel pada tebing. Dengan cara ini kamu enggak bakal cepet cape.
2. Usahakan tangan selalu lurus ( jangan membengkokan siku). Waktu meraih pegangan tangan setinggi apapun segera jatuhkan badan kamu dengan menekuk kedua lutut dan meluruskan tangan. Kalo kamu terus2an membengkokan siku waktu manjat dan mencengkram dengan keras dijamin tangan kamu cepet lemes. Dengan tangan lurus sebagian beban tubuh ditunjang oleh otot bahu dan dada jadinya lebih enteng.
3. Manjat dengan kaki dan bukan tangan. Karena kaki lebih kuat maka sering2lah mendorong vertikal dengan kaki kamu bukannya menarik vertikal dengan tangan kamu.
Dalam penguasaan tehnik kita juga harus familiar dengan medan tempur. Jenis bebatuan tebing akan sangat menentukan tehnik apa yang kita perlukan agar bisa manjat kepuncak dengan mulus. Tebing dan bebatuanlah yang bakal mendikte kita dan memaksa kita untuk begini dan begitu. Proses inilah yang membuat pemanjat tebing dan seorang pelaku boulder (pemanjat batuan besar) bersahabat dengan alam. Makanya selain kita harus tau nama dari tehnik itu sendiri kita juga harus mengenal nama dari bentuk pegangan/ pijakan yang bakalan dipake.
Untuk pemula, coba aja di papan panjat buatan dahulu sebelum ke tebing yang sesungguhnya …
Selamat Mencoba …
Di ambil dari berbagai macam sumber …

Senin, 21 Oktober 2013

Ikut Kejurda, Atlet Panjat Tebing Berharap Bantuan Pemkab


Kategori Speed Beregu Putra
yang diperlombakan di Kejurda Panjat Dinding
Amurang – Dalam rangka mengikuti Kejuaraan Daerah (Kejurda) Panjat Dinding Justitia 23th Anniversary 2013 yang nantinya di gelar mulai tanggal 26-27 Oktober 2013 mendatang, para atlet panjat tebing berharap agar Pemkab Minsel memperhatian sekaligus membantu dalam hal dana.
“Hal tersebut memang sangat diharapkan mengingat dalam mengikuti Kejurda, tim atlet panjat tebing Minsel masih membutuhkan dana. Seperti persiapan keperluan para atlit, transportasi, penginapan, konsumsi dan kebutuhan lainya untuk menunjang performa para atlit termasuk official,” kata Devky Dissa Atlet panjat tebing Minsel.
Sementara itu, pembina atlet panjat tebing Minsel Sanly lendongan menuturkan, topangan moril dan bantuan dana memang sangat dibutuhkan. Agar atlit lebih bersemangat dan mampu meraih prestasi yang membanggakan Kabupaten Minsel
“Ini-kan membawa nama daerah (Minsel, red). Selain lebih mempromosikan objek wisata batu dinding, juga membawa nama baik minsel di tingkat provinsi. Melalui olahraga minat khusus panjat tebing. Jadi dimintakan ada perhatian soal olahraga panjat tebing. Baik itu bantuan dana maupun pembinaan atlit. Agar kedepan mampu berprestasi bukan saja di sulut tapi di tingkat nasional,” harap Lendongan.
Lanjut Lendongan, harapan serupa juga ditujukan tim atlet panjat tebing kepada ketua Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Pengcab Minsel yakni Jhon Sumual SE SH, dimana menurutnya hingga sekarang ini belum ada petunjuk soal persiapan keikutsertaan atlet di Kejurda nanti.
“Memang hingga saat ini, belum ada petunjuk langsung dari beliau soal persiapan tim untuk Kejurda,” tukas Lendongan, sembari mengungkapkan kalau dalam tahapan persiapan seperti latihan yang dilaksanakan akhir-akhir ini, diakuinya menggunakan kantong pribadi masing-masing atlet untuk uang konsumsi.(Vanly Solang)

Penulis: Abineno | 21/10/2013.

MPAB Justitia Fakum Unsrat Gelar Kejurda Panjat Dinding

 
MPAB Justitia Fakultas Hukum Unsrat
Peserta panjat sementara membaca jalur dinding panjat

Manado, MTC – Mahasiswa Pencinta Alam Bebas (MPAB) Justitia Fakultas Hukum Unsrat Manado, menggelar Kejuaraan Daerah (Kejurda) Panjat Dinding.
Kegiatan yang dibawah asuhan Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Sulut, bertajuk Justitia 23th Anniversary, dilaksanakan di halaman parkir Mantos Manado.
Said Banteng, selaku pengurus FPTI Sulut, kepada manadotoday, Sabtu (10/12/2011), mengatakan bahwa kegiatan ini dilakukan, sebagai agenda tahunan FPTI Sulut.
“Harapan kami, lewat kegiatan seperti ini akan menambah bibit-bibit atlit penjat dinding di Sulut,” katanya.
Sementara itu, ketua panitia kegiatan, Yudistira Manggopa didampingi Ketua MPAB Justitia Hukum Unsrat Manado, Gideon Yuris Triawan, mengatakan, kegiatan ini dilakukan, dalam rangka HUT MPAB ke 23.
“Kami lakukan ini juga, bekerjasama dengan FPTI Sulut, dalam mencari bibit atlit panjat,” kata Manggopa. (ton)

Tonny Sumakul   |   10 Desember 2011 – 19:16 WITA

Sabtu, 19 Oktober 2013

Dasar dan Kesulitan (Grade) Panjat Tebing



Minat khusus panjat tebing, tentu saja tebing merupakan prasarana dalam kegiatan panjat tebing. Pengetahuan dasar tentang tebing yang harus diketahui antara lain: Bentuk tebing, bagian tebing yang dilihat secara keseluruhan mulai dasar sampai puncak.

Bagian-bagiannya antara lain,
Blank (bentuk tebing yang mempunyai sudut 90derajat atau biasa disebut vertikal),
Overhang (bentuk tebing yang mempunyai sudut kemiringan antara 10-80 derajat),
roof (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menggantung),
Teras (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menjorok ke dalam tebing), dan
Top (bagian tebing paling atas yang merupakan tujuan akhir suatu pemanjatan).
Lalu ada soal permukaan tebing yang merupakan bagian dari tebing yang nantinya akan digunakan untuk berpegang dan berpijak dalam suatu pemanjatan.

Bagian ini di kategorikan menjadi tiga bagian:

-       Face (permukaan tebing yang mempunyai tonjolan),
-       Slap/friction (permukaan tebing yang tidak mempunyai tonjolan atau celah, rata, dan mulus tidak ada cacat batuan).
-       Fissure (permukaan tebing yang tidak mempunyai celah/crack).

Dengan mengenali pengenalan dasar atas medan yang hendak ditempuh, para pemanjat akan langsung bisa mempersiapkan teknik penaklukannya dan mengurangi tingkat kesulitannya.
Untuk memudahkan estimasi tingkat kesulitan tersebut, biasanya digunakan sistem desimal yang dimulai dari angka lima (mengacu pada standar tingkat kesulitan yang dibuat oleh Amerika).

·         Tingkat kesulitan 5,7-5,8
Adalah tingkat kesulitan pemanjatan yang amat mudah. Lintasan pemanjatan untuk pegangan dan pijakan sangat banyak, besar, dan mudah didapat. Sudut kemiringan tebing belum mencapai 90 derajat.

·         Tingkat kesulitan 5,9.
Adalah tingkat kesulitan pemanjatan yang mulai agak sulit karena jarak antara pegangan dan pijakan mulai berjauhan tetapi masih banyak dan besar.

·         Tingkat kesulitan 5,10.
Pada tingkat ini pemanjatan mulai sulit karena komposisi pegangan dan pijakan sudah bervariasi besar dan kecil. Jarak antar celah dan tonjolan mulai berjauhan. Terdapat dua tumpuan tangan dan satu tumpuan kaki, faktor keseimbangan mulai dibutuhkan.

·         Tingkat kesulitan 5,11.
Tingkat kesulitan ini lebih sulit lagi karena letak antara pegangan yang satu dengan pegangan yang lainnya berjauhan dan kecil-kecil yang hanya bisa dipegang oleh beberapa jari saja, kedua tungkai melakukan gerakan melebar agar kaki dapat bertumpu pada tumpuan berikutnya. Keseimbangan tubuh sangat berpengaruh, bentuk tebing yang dilalui pada lintasan ini terdapat variasi antara tebing gantung dan atap.

·         Tingkat kesulitan 5,13-5,14.
Jalur lintasan ini bervariasi antara tebing gantung dan atap dengan satu tumpuan kaki dan satu tumpuan tangan. Pemanjat mulai melakukan gerakan gesek (friction) dan bertumpu pada ujung jari (edginh) bahkan harus mengaitkan tumit pada pijakan (hooking).

Selain kriteria kesulitan ini, Negara lain juga membuat tingkat kesulitan sesuai dengan penilaian masing-masing, antara lain Jerman, Perancis, UIAA (Union Internationale des Association Alpines).

Grade Panjat Tebing adalah suatu standar untuk mengkategorikan tingkat kesulitan pada diding vertikal panjat tebing. dan grade ini biasanya dapat diberikan oleh pemanjat yang berpengalaman.

Grade atau tingkat kesulitan pada panjat tebing memiliki variasi, mulai dari tingkat terendah sampai dengan tingkat kesulitan yan tertinggi.


Di ambil dari berbagai macam sumber.

Sabtu, 12 Oktober 2013

Sejarah Panjat Tebing Indonesia





Pada sekitar tahun 1960, perkembangan panjat tebing di Indonesia dimulai, dimana Tebing 48 di Citatah, Bandung. mulai dipakai sebagai ajang latihan oleh pasukan TNI AD.
Tahun 1976, merupakan awal mula panjat tebing modern di Indonesia dimulai, yaitu ketika Harry Suliztiarto mulai berlatih memanjat di Citatah, Bandung dan diteruskan dengan mendirikan SKYGERS ''Amateur Rock Climbing Group'' bersama tiga orang rekannya, Heri Hermanu, Dedy Hikmat dan Agus R, yang pada tahun 1977.
Tahun 1979, Harry Suliztiarto memanjat atap Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta. yang merupakan upaya mempublikasikan olahraga panjat tebing di Indonesia. Skygers mengadakan Sekolah Panjat Tebing yang pertama pada tahun 1981.
Tahun 1980, Tebing Parang, Purwakarta, Jawa Barat. Untuk pertama kalinya dipanjat oleh team ITB, dan masih pada tahun yang sama Wanadri menjadi team Indonesia pertama yang melakukan ekspedisi ke Cartenzs ''Pyramide'', mereka gagal sampai puncak, namun berhasil di Puncak Jaya dan Cartenzs Timur.
Tahun 1982, terjadi tragedi dengan merenggut korban tewas pertama panjat tebing Indonesia adalah Ahmad, salah satu pemanjat asal Bandung, tragedi terjadi ketika melakukan pemanjatan pada Tebing 48 di Citatah.
Pada tahun 1984, Skygers dan Gabungan Anak Petualang memanjat Tebing Lingga di Trenggalek, Jawa Timur serta Tebing Ulu Watu di Bali.
Tahun 1985, Tebing Sorelo, Lahat, Sumatra Selatan. dipanjat oleh Team Ekspedisi Anak Nakal.
Pada tahun 1986, Kelompok Gabungan Exclusive berhasil memanjat Tebing Bambapuang di Sulawesi Selatan, Lalu Kelompok Unit Kenal Lingkungan Universitas Padjajaran memanjat Gunung Lanang di Jawa Timur, Team Jayagiri merampungkan Dinding Ponot di Bendungan, Si Gura-gura, Sumatra Utara. Ekspedisi Jayagiri mengulang pemanjatan Eiger, berhasil dengan menciptakan lintasan baru. Sebagai catatan, bahwa kompetisi panjat tebing pertama di dunia diselenggarakan di Uni Soviet, kompetisi dilaksanakan pada tebing alam dan sempat ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia.
Tercatat pada tahun 1987, Ekspedisi Wanadri yang menyelesaikan pemanjatan di Tebing Unta di Kalimantan Barat, Kelompok Trupala memanjat Tebing Gajah di Jawa Tengah dan Skygers memanjat Tebing Sepikul di Jawa Timur. Pada tahun ini pula lomba panjat tebing di Indonesia yang pertama dilaksanakan, yaitu di Tebing Pantai Jimbaran, Bali.
Tahun 1988, Kantor Menpora bekerjasama dengan Kedutaan Besar Perancis mengundang empat pemanjat mereka untuk memeperkenalkan dinding panjat serta memberikan kursus pemanjatan. Pada akhir acara, terbentuk Federasi Panjat Gunung dan Tebing Indonesia(FPTGI), yang diketuai oleh Harry Suliztiarto. Pada tahun yang sama Aranyacala Trisakti mengadakan ekspedisi panjat tebing, pada Tower III, Tebing Parang, Jawa Barat. yang dipanjat oleh kelompok yang kesemua anggotanya putri. Kelompok putranya memanjat Tebing Gunung Kembar di Citeureup, Bogor. Sandy Febryanto (Alm) dan Djati Pranoto melakukan panjat kebut yang pertama dilakukan di Indonesia, di Tower I Tebing Parang, yang mana merupakan pemanjat tebing besar pertama yang dilakukan tanpa menggunakan alat pengaman, waktu yang diperlukan adalah empat jam.
Di tahun ini(1988), Ekspedisi Jayagiri Speed Climbing memerlukan waktu lima hari pemanjatan dan menjadi penyebab kagagalan untuk memenuhi target dua hari pemanjatan di Dinding Utara Eiger, Alpen, Perancis. Sedangkan ekspedisi dari Pataga Jakarta berhasil menciptakan lintasan baru pada dinding yang sama. Keberangkatan Sandy Febriyanto dan Djati Pranoto ke Yosemite, AS. untuk memanjat Half Dome guna memecahkan rekor Speed Climbing, pada tahun 1988, dan mengalami kegagalan pula di El Capitan.
Tahun 1989, dunia panjat tebing Indonesia merunduk dilanda musibah dengan gugurnya salah satu pemanjat terbaik: Sandy Febriyanto, terjatuh di Tebing Pawon, Citatah, Bandung. Tapi tak lama, semangat almarhum seolah justru menyebar ke segala penjuru, memacu pencetakan prestasi panjat tebing di bumi pertiwi ini, seperti: Ekspedisi Putri Lipstick Aranyacala memanjat Tebing Bambangpuang, lalu dari Arek Arek Young Pioner Malang memanjat Tebing Gajah Mungkur di seputaran Kawah Gunung Kelud, Kelompok Mega dari Univeritas Taruma Negara mengadakan Ekspedisi Marathon Panjat Tebing yang merambah tebing-tebing Citatah, Parang, Gajah Mungkur dan berakhir di Uluwatu, Bali. dalam waktu hampir sebulan, ini merupakan marathon panjat tebing pertama di Indonesia.
Di tahun ini(1989) tak kurang sepuluh kejuaraan panjat tebing diselenggarakan, beberapa yang besar diantaranya: Unpad Bandung, Tri Sakti Jakarta, ISTN Jakarta, Markas Kopassus Grup I di Serang, dua kali oleh Trupala Jakarta (Balai Sidang Ancol). Kelompok Kapa Ul dan Geologi ITB. Di akhir tahun 1989, ditutup dengan gebrakan Budi Cahyono yang melakukan pemanjatan solo di Tebing Tower III Parang, ini merupakan artificial solo Climbing pertama pada tebing besar di Indonesia.
Tahun 1990, Lomba Panjat Dinding Nasional (LPDN) di gelar di Jakarta, dengan ketinggian 15 meter dan dibangun empat sisi. Pada tahun ini pula, Pataga Jakarta mendaki Puncak Carstenz Pyramide dan Puncak Jaya.
Tahun 1991, Rapat Paripurna Nasional FPTI yang pertama di selenggarakan di Puncak Jabar. Pada tahun ini, untuk pertama kalinya Indonesia mengirimkan atlit panjat tebing di kejuaraan Oceania- Australia, empat atlit yang dikirim hanya Andreas dan Deden Sutisna yang mendapat peringkat keempat dan lima. Dengan keikutsertaan ini membuka mata dunia panjat tebing Internasional, bahwa Indonesia sudah memepunyai atlit panjat tebing berskala Internasional. FPTI mengeluarkan peraturan panjat dinding pertama dan Pengda FPTI Jatim bekerjasama dengan Impala Univeritas Merdeka Malang yang mengadakan Climbing Party di Lembah Kera, diikuti oleh puluhan pemanjat, membuat jalur-jalur pada Lembah Kera dan diskusi panjat tebing.
Gabungan tim panjat tebing Putri yang terdiri dari Atlet Aranyacala Trisakati, Mahitala Unpar dan IKIP Bandung Mengadakan pemanjatan di Half Dome, AS. Ekspedisi pemanjatan putri tahun 1991 di Cima, Ovest, Italy. Di tahun ini pula tercatat beberapa kecelakaan di dinding panjat: Zainudin tewas di Samarinda karena tidak memasang pengaman, tiga pemanjat lagi jatuh dan cedera (lumpuh dan patah tulang), semua kejadian tersebut disebabkan oleh tidak diikutinya prosedur keselamatan pemanjatan. Satu prestasi lagi dilakukan oleh Maully MW Wibowo, melakukan pemanjatan solo (free solo) pertama di Bambapuang.
Tahun 1992, Kejurnas Panjat Tebing I, di selenggarakan di Padang. Tampil sebagai juara adalah kontingen dari Jakarta. Ronald Marimbing dan Panji Santoso mengikuti Asian Championship di Seoul. Sementara Mamay S, Salim dan Maully MW Wibowo mengikuti kursus Juri dan Pembuat Jalur disambung dengan Rapat CICE Asia. Budi Cahyono, yang dikontrak oleh perusahaan Rokok, berangkat ke Taiwan untuk melakukan Pemanjatan Iklan. FPTI diterima secara resmi menjadi anggota UIAA, disusul dengan pengiriman ke Rapay CICE Asia di Hongkong.
Pada tahun 1994, Tim FPTI gagal berangkat ke Fixroy dan Aconcagua. Secara resmi FPTI menjadi Anggota KONI yang ke 50. Ronald M dan Nunun Masruruh menduduki peringkat ke sembilan dan keduabelas di kejuaraan Asia ke III di Jepang, sementara Hendricus Mutter rapat CICE di Jepang. Mamay S’Salim dan Kresna Huiarna melakukan pembuatan jalur di tebing-tebing Taiwan.
Tahun 1995, Rapat Paripuma Nasional FPTI III, terselenggara di Kaliurang, Yogyakarta. Kejumas Panjat Tebing ke III diadakan di Alun-alun Utara Yogyakarta, dan Juara Umum diboyong oleh DKI Jakarta dengan menggeser kontingen Jawa Barat dan Sumatra Barat. Dalam Kejumas III ini pula mulai dilombakan kelas panjat Speed yang pertama diadakan di Indonesia. Masih pada bulan yang sama, tahun 1995, di Yogyakarta diadakan pula kursus Juri dan Pembuat Jalur, diikuti oleh Pengurus Pengda FPTI series dari ABRI dan Pramuka.
Pada tahun 1997, Asmujiono dan disusul Missirin (Kopassus) yang tergabung dalam expedisi gabungan sipil dan militer ke Puncak Everest, berhasil mencapai puncak dan berhasil menjadi orang Asia Tenggara pertama yang mencapai Puncak Everest.
Tahun 2000, panjat tebing resmi menjadi cabang olah raga yang dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional ke XV, di Surabaya sebagai cabang olahraga mandiri. Pada tahun yang sama, Sekolah Vertical Rescue angkatan pertama diselengggarakan oleh Perguruan Panjat Tebing SKYGERS Indonesia dengan jenazah Roni Aral yang berhasil dievakuasi oleh tim vertical rescue SKYGERS dari kedalaman 600m di Gunung Cikuray, Jawa Barat.
Tahun 2001, tim vertical rescue SKYGERS terlibat dalam evakuasi dua jenazah di Gunung Salak, Jawa Barat.
Pada tahun 2003, rekor baru pembuatan jalur panjat tebing alam terbanyak tercipta sebanyak 400 buah jalur pemanjatan oleh Tedi Ixdiana. Tebing Siung di Kawasan Yogjakarta digempur oleh tim SKYGERS , berakhir dengan terciptanya 45 jalur. Tedi Ixdiana dan Tim MATRA membuat jalur free climbing pertama di Gunung Krakatau, Selat Sunda.
Pada Tahun 2004, Pemanjatan Tebing Pantai Jawa dan Bali oleh SKYGERS dan Tim EXPEDITION METRO TV 2004. termasuk pemanjatan Tebing Mandu, Indonesia.
Pada Tahun 2005, Indonesia menggirimkan Tedi Ixdiana dan Murjayanti untuk mengikuti kejuaraan panjat tebing alam “International Invitation Tournament”, di Huguan Taihang Mountain Gorges, Chiangzhi, China. Pada tahun yang sama pula, pemanjatan pada tujuh air terjun di Indonesia diprakarsai oleh tim EXPEDITION-MERTO TV dan SKYGERS