Batu Dinding Kilo Tiga, begitulah masyarakat memanggil batuan yang membentuk seperti tirai yang terletak di Desa Kilo Tiga, Minahasa Selatan. Lokasi Batu Dinding Kilo Tiga ini berdekatan dengan salah satu obyek wisata arung jeram yaitu Sungai Ranoyapo. Memang keindahan lokasi wisata sambil berolahraga. Batu Dinding Kilo Tiga adalah batuan besar yang panjangnya mencapai 100 meter lebih dengan ketinggian batu mencapai 70 sampai 90 meter.
Pada dataran batu ini, permukaannya seperti tirai atau juga mirip tumpukan batu yang terbalik. Jadi pada permukaan batu yang lebih tinggi cenderung akan lebih menonjol daripada yang dibawahnya dan hal ini terjadi beberapa kali sehingga terjadi seperti berlapis-lapis batu, semakin kebawah, batu tersebut semakin kedalam.
Dataran batu ini konon katanya terbentuk sudah selama ribuan tahun dan keindahannya juga tidak kalah dengan batuan tebing yang terkenal di benua Amerika, namun karena belum ada bentuk nyata dari pemerintah yang membantu mempromosikan atau mengindahkan lokasi wisata ini. Tempat wisata ini memang lokasi wisata yang cukup ‘eksklusif’. Mengapa? Sebab menikmati batuan ini dengan memanjat atau menaikinya tidak bisa dinikmati oleh semua orang, hanya kelompok umur tertentu dengan kondisi badan tertentu (tidak terlalu tua, tidak terlalu muda untuk melakukan panjat tebing dan juga memiliki badan yang kurang lebih dapat dikatakan atletis), namun tidak ada batasan untuk semua pengunjung yang ingin menikmati dengan melihat atau mengambil foto besamanya.
Yang disayangkan adalah jalan menuju lokasi ini belum begitu terawat hanya terbentuk alami oleh masyarakat setempat. Dana untuk pengelolaan dan perawatan juga tidak ada yang meminta saat pengunjung datang kesini. Sejauh ini semua dilakukan secara sukarela. Namun jangan salah, meskipun belum banyak promosi oleh pemerintah, lokasi wisata ini sudah cukup terkenal dari mulut-kemulut oleh para pecinta alam, sesuai dengan penemunya pertama kali yang merupakan seorang pecinta alam di tahun 1986, sejak itulah lokasi wisata ini mulai terekspose ke public.
Dan jangan salah, lokasi wisata ini sudah menarik beberapa kelompok ‘bule’ pecinta alam untuk mencicipinya. Untuk mendaki tebing ini sampai saat ini ditemukan 9 jalur pendakian, namanya unik-unik. Ada jalur lebah, jalur laba-laba, jalur climb or swim, jalur hang dog, jalur tragedy, jalur teri dan jalur terextreme menurut para pecinta alam adalah jalur malaria dan jalur ratapan. Nama-nama unik tersebut didapat karena kejadian-kejadian yang tidak sengaja dalam pembuatan jalur yang sedang dibuat.
Memilah-milah jalur yang termudah atau yang terfavorit rasanya susah karena dilihat dari medan yang akan dilewati sepertinya semuanya sama dan sepertinya semua sama susahnya, apalagi bagi wisatawan biasa yang bisa digolongkan sebagai pemanjat amatir, rasanya cukup berbahaya tanpa didampingi oleh tenaga profesional. Dan sepertinya memang harus ditemani tenaga profesional dan juga tidak sembarangan orang yang boleh memanjat harus memenuhi beberapa aspek kesiapan tertentu karena memang tidak disediakan jasa persewaan alat panjat tebing disini, jadi jika anda bukan atlet panjat tebing yang sesungguhnya sebaiknya menggunakan tim ahli atau anda hanya akan menikmati dengan melihat-lihatnya saja.
Mendaki lekukan demi lekukan batu semakin keatas dan semakin menonjol dan pemanjat akan sampai ke puncak. Dari puncak yang cukup tinggi ini anda akan disuguhi pemandangan indah yang hijau. Berhektar-hektar kebun dan sawah yang terjajar indah dan juga disambut oleh hamparan biru berupa laut Amurang disebelah utara. Setelah menikmati indahnya pemandangan di puncak Batu dinding biasannya pemanjat menuruninya dengan bantuan sebuat tali panjat dengan sedikit ‘meluncur’.
Tidak banyak wisatawan yang datang berbondong-bondong disini karena untuk mencapainya masih sedikit susah belum tersedia jalan setapak yang sengaja dibuat untuk mendatangi lokasi wisata ini. Keramaian di lokasi ini biasanya pada awal semester baru, sekitar bulan Agustus – September, karena di saat-saat ini para pecinta alam biasanya melakukan diklat atau sejenis pelatihan dasar untuk penyambutan mahasiswa anggota pecinta alam yang baru. Untuk penginapan alam dilokasi ini bisa dilakukan dengan cara berkemah karena lokasinya yang memiliki dataran datar yang cukup luas.
Lokasi disekitar juga bagus untuk digunakan sebagai kegiatan outbond. Namun untuk menemukan lokasi penginapan yang berbentuk rumah bisa ditemui di kota terdekat yaitu kota Amurang. Untuk tempat makan akan banyak ditemukan juga di kota Amurang beserta beberapa titik perkampungan di sekat lokasi wisata.
Mencapai lokasi wisata alam ini anda dapat menggunakan kendaraan sewaan atau pribadi juga dapat menggunakan transportasi umum yang dapat ditemukan dikota Manado tepatnya di terminal Malalayang atau terminal paling besar yaitu terminal Karombasan menggunakan bus jurusan kota Amurang sesampainya dikota Amurang anda sebaiknya menanyakan angkot selanjutnya yang harus dinaiki menuju lokasi Batu Dinding.
Menggunakan angkot anda tidak langsung sampai di Batu Dinding. Di tempat pemberhentian nanti anda harus menggunakan ojek untuk mencapai titik terdekat setelah itu anda tetap harus berjalan kaki untuk menjumpai tirai batu tersebut. Sebaiknya gunakanlah sepatu ‘kets’ dan baju senyaman mungkin juga bawalah semua barang bawaan anda (sebaiknya bawa baju ganti) kedalam sebuah tas ransel untuk memudahkan perjalanan anda.
Namun sebelum melalui semua aktivitas tadi anda harus memikirkan terlebih dahulu aktivitas apa yang akan anda lakukan jika tiba di Batu Dinding, jika ada rencana untuk memanjat coba konfirmasikan kepada agen tour atau lebih mudahnya pada Kelompok Pecinta Alam (KPA) Cliff Hanger Amurang atau menghubungi Forum Komunikasi Pecinta Alam (FKPA) Sulawesi Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar